Teluk Benoa menjadi salah satu wilayah yang terdampak oleh aktivitas reklamasi dan alih fungsi lahan yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Salah satunya adalah Pulau Pudut yang terletak di sisi timur Tanjung Benoa, lima kilometer dari Nusa Dua. Ekosistem mangrove yang rusak juga mengancam mata pencaharian nelayan dan ekosistem sekitar.
Aktivitas pengerukan yang dilakukan sejak lama kini membawa ancaman besar, yaitu kemungkinan hiilangnya kawasan pariwisata bahari ini. Disamping dari sisi positif dilakukannya reklamasi seperti terciptanya banyak lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Bali di bidang akomodasi wisata, reklamasi teluk Benoa juga membawa tak sedikit dampak buruk.
Sebagai salah satu wilayah yang menjadi pusat perhatian dunia, semakin menjadikan isu lingkungan yang terjadi di pulau Bali tidak dapat dibiarkan begitu saja tanpa kontribusi dari berbagai pihak, baik komunitas, swasta, dan pemerintah.
Kontribusi Nyata PLN bagi Pulau Dewata
Melihat pentingnya restorasi dan penjagaan eksistensi Pulau Pudut, PT PLN bergerak mengadakan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) berupa penanaman 3.880 mangrove sebagai upaya yang berdampak. Inisiatif penyelenggaraan aksi ini menjadi salah satu upaya Community Development PLN kepada masyarakat, terkhusus masyarakat dan lingkungan Bali yang terdampak ancaman abrasi.
Bertepatan dengan hari mangrove sedunia pada 26 Juli, PT PLN Bali melakukan aksi penanaman pada 27 Juli 2024 yang berkolaborasi dengan Yayasan Aksikita Untuk Bumi, komunitas penanam mangrove lokal, dan volunteer dalam kegiatan ini.
Risky Mochammad, selaku GM PT PLN Bali yang turut melakukan penanaman pada kegiatan ini menuturkan bahwa penyelenggaraan aksi penanaman mangrove di Pulau Pudut adalah upaya tanggung jawab PLN dalam menjaga lingkungan sekaligus upaya jangka panjang pengurangan emisi karbon yang diserap mangrove.
Metode Penanaman Mangrove
Mempertimbangkan kondisi topografi area penanaman mangrove di pulau pudut, penanaman mangrove dilakukan menggunakan metode koloni dengan media box bambu untuk meningkatkan survival rate mangrove yang ditanam. Media box bambu berperan sebagai penahan arus yang dapat menghanyutkan mangrove yang sudah ditanam, karena pada prosesnya pertumbuhan akar mangrove hingga kuat membutuhkan waktu.
Dalam kegiatan penanaman ini, jenis mangrove yang digunakan adalah Rhizopora Muncronata, pemilihan ini didasari oleh posisi penanaman yang menjorok ke laut, sehingga mangrove jenis ini merupakan yang paling sesuai. Pemilihan metode dan jenis mangrove menjadi hal krusial yang menentukan tumbuh atau tidaknya mangrove yang ditanam. Waktu tanam pun menjadi hal penting, dimana pelaksanaan kegiatan tanam menyesuaikan dengan pasang surut air laut Pulau Pudut.
Sejalan dengan SDG
Sejalan dengan SDG 15 dan SDG 13 penanaman 3.880 mangrove diharapkan dapat menjadi bagian kontribusi terhadap ekosistem dan pencegahan pemanasan global. Upaya penjagaan pesisir Pulau Pudut dengan penanaman mangrove akan menghasilkan area luasan Pulau Pudut yang bertambah seiring bertambahnya jumlah pohon mangrove di area ini.