Mengenal Jenis-Jenis Pohon Terbaik dalam menyerap Karbon
Pohon memainkan peran yang sangat penting dalam menyerap karbon dioksida (CO2) dan membantu mengurangi efek gas rumah kaca. Proses ini, dikenal sebagai sequestration karbon, yang mana itu adalah salah satu mekanisme alam yang membantu menjaga keseimbangan iklim bumi. Di samping itu, pohon juga dapat menjadi habitat bagi berbagai jenis makhluk hidup, mendukung keanekaragaman hayati, dan memiliki banyak manfaat lain bagi lingkungan dan manusia.
Jumlah karbon dioksida yang dapat diserap pohon sangat bervariasi, tergantung pada:
- Umur pohon
- Masa hidup pohon
- Ukuran pohon
- Kesehatan pohon
- Lokasi pohon.
Berikut ini adalah beberapa jenis pohon yang efektif dalam menyerap karbon:
- Pohon Oak
Pohon ek termasuk dalam keluarga Fagaceae dan seringkali diidentifikasi dengan daun-daun lebar dan berlekuk. Pohon ek dikenal memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap karbon dan memiliki umur yang panjang.
Pohon oak dapat menyimpan karbon dioksida sebanyak 21 kg setiap tahun, menjadikannya sumber yang sangat baik untuk membersihkan limbah lingkungan. Beberapa spesies oak yang populer adalah oak merah (Quercus rubra) dan oak putih (Quercus alba).
- Pohon Mapel
Pohon mapel berasal dari keluarga Aceraceae dan dikenal dengan bentuk daunnya yang khas dengan pola berbentuk tangan. Selain menjadi simbol musim gugur di beberapa wilayah, pohon mapel juga efektif dalam menyerap karbon dan sering ditanam di berbagai lahan hijau perkotaan.
- Pohon Pinus
Pohon pinus termasuk dalam keluarga Pinaceae dan merupakan pohon konifer yang umumnya ditemukan di daerah beriklim sedang hingga dingin. Pohon pinus memiliki jarum-jarum halus yang berfungsi sebagai daun.
Rata-rata pohon Pinus dapat menyerap sekitar 10 kg CO2 per tahun. Dengan asumsi ukuran standar sekitar 1000 pohon pinus bisa dalam satu hektar.
- Pohon Cemara
Seperti pohon pinus, pohon cemara juga merupakan jenis pohon konifer yang berasal dari keluarga Pinaceae. Pohon cemara sering ditemukan di hutan boreal dan memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap karbon.
- Pohon Mahoni
Pohon mahoni termasuk dalam keluarga Meliaceae dan dikenal dengan kayu berkualitas tinggi serta keindahan seratnya. Selain itu, pohon mahoni juga memiliki kemampuan menyerap karbon yang signifikan.
- Pohon Mangrove
Pohon mangrove adalah pohon yang hidup di ekosistem pesisir dan rawa-rawa payau. Mangrove memiliki sistem akar yang rumit yang membantu menahan karbon dan melindungi pesisir dari bencana alam seperti badai dan banjir.
Satu hektar hutan mangrove dewasa dapat menyerap 840 metrik ton. Ini berarti bahwa satu pohon mangrove dapat menghilangkan 308kg (0,3 ton) CO2 dari atmosfer selama masa pertumbuhannya yang setara dengan 12,3kg per tahun.
- Pohon Bambu
adalah tanaman yang digunakan selama ribuan tahun, terutama dalam arsitektur dan pembuatan benda dan furnitur. Sering dianggap sebagai salah satu penyebab deforestasi, bambu memang merupakan tanaman invasif jika pembudidayaannya tidak dikontrol dan dikuasai. Dalam kasus budidaya bambu yang beralasan, itu adalah tanaman yang tidak menyebabkan penggundulan hutan dan ternyata sangat membantu lingkungan.
Bambu dapat menyerap 5 kali lebih banyak gas rumah kaca dan menghasilkan oksigen 35% lebih banyak daripada volume pohon yang setara! Ini memiliki kapasitas retensi CO2 yang sangat penting karena satu hektar rumpun bambu dapat menangkap hingga 60 ton CO2 setiap tahunnya.
Penting untuk diingat bahwa semua jenis pohon terutama pohon berukuran besar memiliki peran penting dalam membantu mengatasi perubahan iklim dengan menyerap karbon dioksida. Oleh karena itu, kampanye reboisasi dan pelestarian hutan serta menanam pohon yang efektif dalam menyerap karbon sangatlah penting. Upaya kolektif dalam melestarikan pohon-pohon ini akan membawa manfaat jangka panjang bagi lingkungan, keanekaragaman hayati, dan keseimbangan iklim global.
Yang perlu kita ingat adalah setiap pohon yang kita tanam adalah sebuah langkah kecil yang memiliki andil dalam melindungi planet ini. Mari kita bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih hijau bagi generasi mendatang.
Source: