Kondisi ekosistem mangrove di Pantai Bahagia tidak membahagiakan. Berlokasi di daerah Muaragembong, Kabupaten Bekasi, pantai ini sudah banyak dialihfungsikan menjadi tambak, pemukiman, ladang, sawah, dan peruntukan lainnya. Hal ini menyebabkan fungsi hutan mangrove sebagai habitat hewan sudah tidak berdaya lagi dan hasil penangkapan ikan menurun.
Abrasi Menghanyutkan Harapan Warga Sekitar
Abrasi yang terjadi di wilayah ini tercatat tinggi hingga mencapai 10-20m per tahun yang terus-menerus memperpendek garis pantai. Luasan yang tersisa pada tahun 2020 hanya mencapai 1.028,64 hektar (9,81%). Padahal, luasan awal penetapan kawasan hutan mangrove mencapai 10.481,15 hektar. Berdasarkan hasil pengamatan program digital shoreline analysis system (DSAS) selama 1988-2022, terjadi perubahan garis pantai di 13 zona lokasi pengamatan.
Kabid Ekonomi dan Pembangunan Balitbangda Kabupaten Bekasi menyatakan bahwa abrasi akan mengancam wilayah permukiman lebih jauh lagi mulai dari banjir rob hingga sektor mata pencaharian warga setempat apabila terus dibiarkan. Ekosistem juga turut terancam, termasuk hutan bakau dan lutung jawa yang merupakan habitat asli.



Hingga Oktober 2024, warga menuturkan telah ada 3 desa yang hilang akibat abrasi yang menyebabkan tenggelamnya pemukiman warga. Akhirnya banyak dari warga yang harus mencari tempat tinggal baru. Desa yang dulunya kaya akan nelayan dan tambak ikan, kini harus menghadapi kebingungan mencari mata pencaharian yang baru. Sebagian warga masih memilih bertahan untuk tinggal dengan dibayangi ancaman abrasi setiap harinya.
Abrasi yang telah melanda garis pantai tidak kurang dari 3 km ini membutuhkan upaya dan perhatian khusus yang berkelanjutan. Tidak hanya tentang hilangnya mata pencaharian dan tempat tinggal, persoalan sanitasi juga menjadi isu yang perlu diberi perhatian lebih.
Kontribusi Nyata PT BNM untuk Pantai Bahagia
Pentingnya keberadaan Pantai Bahagia sebagai salah satu dari banyaknya pantai pesisir utara Pulau Jawa yang tergerus abrasi. PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk (BNM) melaukan inisiatif keberlanjutan untuk mempertahankan Pantai Bahagia dengan kegiatan penanaman 1.000 mangrove. Aksi keberlanjutan ini merupakan bagian dari CSR PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk untuk memberi kebermanfaatan bagi lingkungan, iklim dan masyarakat.
Kegiatan penanaman yang diadakan pada 11 Oktober 2024 turut diikuti oleh perwakilan perusahaan, termasuk Komisaris Utama, Sarman Simanjorang, Komisaris Independen, Marciano, dan Direktur Utama, Maulana, yang turun langsung melakukan penanaman.





Komisaris Utama PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk, Sarman Simanjorang, menuturkan bahwa isu lingkungan yang dihadapi Pantai Bahagia sudah seharusnya menjadi perhatian oleh banyak pihak. Penanaman yang dilakukan kali ini adalah upaya jangka panjang perusahaan untuk pengurangan emisi karbon yang diserap mangrove.

Metode Penanaman Mangrove
Penanaman mangrove dilakukan pada lokasi yang terendam air, metode yang digunakan adalah penanaman menggunakan metode Ajir, dimana setiap tanaman dipasang penyangga. Hal ini bertujuan untuk menopang tanaman agar dapat tumbuh dengan baik dan mendapatkan survival rate terbaik. Usia bibit mangrove yang ditanam sekitar 2 bulan. Seiring bertumbuhnya mangrove, sedimentasi akan terbentuk sehingga menambah luasan area yang dapat menahan air laut.

Sejalan dengan SDG
Sejalan dengan SDG 15 dan SDG 13 penanaman 1.000 mangrove diharapkan dapat menjadi bagian kontribusi terhadap ekosistem dan pencegahan pemanasan global. Upaya penjagaan pesisir utara Pulau Jawa dengan penanaman mangrove akan memberikan secercah harapan bagi masyarakat sekitar yang terdampak.